Selasa, September 16, 2008

Kejujuran Seorang Istri

Pertama ketemu sosok Sule saat kita bareng di bangku sekolah di SMKI, kebetulan kita satu jurusan, satu kelas. Karakter orangnya pendiam gak banyak ngomong, tetapi sekali ngebanyol minta ampun, apalagi kalau udah ngedongeng bikin semua anak-anak ketawa sampai terkencing-kencing.

Nama aslinya “ Sutisna “ tapi suka dipanggil “ Sule “, kependekannya “ Ule “ dan itu yang sering dipanggil.


Saat masih “ Ospek “ aku gak tau kalau dia ada hasrat padaku, namun aku sih gak “ngeh” dan Sule pun gak berani ngungkapin. Lama-lama perasaan itu diungkapin ke temannya, yaitu Oni dan Ogi. Karena Ogi dan Oni Soulmate mereka mendukung dan berusaha ngedeketin kita berdua. Aku pribadi saat itu gak begitu nganggap serius, soalnya gak mungkin, abis Sule pribadi aku anggap sahabat (teman curhat). Namun apa dikata 4 tahun kita sering ketemu dan sering bareng akhirnya disaat kita gak ketemu beberapa saat terasa ada sesuatu yang hilang dan itu dirasakan oleh kita berdua. Mungkinkah ini yang dinamakan Cinta ? Aku juga gak ngerti soalnya kita masing-masing punya pacar.

Yang membuat aku suka sama Sule, dia orangnya penyayang, setia, pendiam, walau pada awalnya aku gak suka sama pelawak, tapi takdir berkehendak lain. Justru kini aku mempunyai seorang suami, seorang pelawak. Tapi syukur alhamdulillah berkat profesi pelawak itu kini aku bahagia, membina rumah tangga bersama suami dan anak-anakku.

Sebagai seorang istri aku mendukung sepenuhnya akan profesi yang digeluti suamiku. Selama di jalan yang benar, jujur, bertanggung jawab, halal dan selama itu tidak merugikan pihak manapun.


Puji syukur Alhamdulillah, cita-cita yang didam-idamkan semasa kecil bisa tercapai sekarang. Walau kami “Anak dan Istri” sering ditinggal, tak apa, yang penting dia sukses di karier, sehat, banyak rejeki, banyak yang percaya, Kami Ikhlas. Toh itu semata-mata untuk kami juga.

Doa kami untuk dia selalu dan selalu kami panjatkan kepada Allah SWT, dan tak henti-hentinya memohon perlindungan, keselamatan, kesuksesan untuk suamiku, khususnya dan untuk kami pada umumnya.

Teruslah berkreasi, kami sekeluarga senantiasa selalu mendukungmu.

Senin, September 15, 2008

siapakah sule?

Sejak kelas 3 SD, Sule sudah sering tampil di panggung tujuhbelasan, untuk menari. " Sejak umur lima tahun kalau dengar musik jaipongan bawaannya selalu joget. Aku memang senang sekali menari,".

Karena senang menari itulah, akhirnya orang tua mendaftarkannya ke sanggar Kandaga. "Mulai dari situ saya jadi sering dapat juara. Tidak hanya di Jawa Barat, tetapi juga sampai Jakarta," ucap pria kelahiran Cimahi yang memiliki cita-cita menjadi pembawa acara berita ini.

Sule sudah terbiasa mencari uang sejak kecil. "Saya ingat banget dulu kalau mau dapat duit buat jajan, saya harus ikut bapak jualan." Ayah Sule adalah pedagang bakso dan jagung rebus. Setiap pagi, Sule juga harus jualan es di sekolah. "Siangnya saya ngamen sambil bawa ember keliling kampung, bawain lagu-lagunya Koes Plus," kisahnya sambil tersenyum geli.

Dari hasil ngamen, Sule tak hanya mendapat uang, tetapi juga pakaian. "Mungkin banyak yang kasihan melihat saya, karena dulu saya dekil banget," cetusnya sambil tertawa. "Uang hasil berjualan jagung rebus ditabung, kemudian dibelikan tam-tam buat saya ngamen."

Sule paling malas belajar, "Kalau di kelas kerjanya main terus, nimpukin orang pakai kertas. Saya juga nakal dan sering diomelin Bapak. Makanya saya sering nyontek."

Ketika SMP hobi narinya sempat terhenti, tetapi tumbuh kembali ketika SMKI. "Saya bisa masuk SMKI atas bantuan biaya dari Apih Uun (sesepuh kesenian Jawa Barat, Red.)."

Sule yang mahir dalam menirukan suara perempuan ini mengambil jurusan Karawitan, bukannya tari sesuai minatnya, karena menganggap jurusan tersebut agak berbau wanita. "Padahal, sih, waktu di SMP saya lebih sering bermain dengan teman perempuan. Mereka sering minta saya mendongeng cerita lucu. Pernah, suatu ketika saya menolak. Eh mereka malah patungan uang Rp 50 agar saya mau cerita."

Sule lah yang pertama kali mengajak Ogi dan Oni untuk ikut audisi API. "Mungkin karena kita bertiga sudah sehati. Walaupun jauh tapi dekat di hati," kata Sule.

Menghadapi audisi, mereka bertiga latihan selama sebulan, termasuk melancarkan bicara Bahasa Indonesia mereka agar fasih. "Agak susah juga, lo, melawak dengan bahasa Indonesia, karena kita terbiasa dengan bahasa Sunda," Kata Sule.

Sule memakai hadiah juara API untuk mencicil rumah merasa senang karena banyak dikenal orang sekarang ini. "Tapi ada enggak enaknya. Banyak SMS (pesan singkat) yang usil. Misalnya minta beliin telepon genggam, minta isiin pulsa dan masih banyak lagi," ucap penyuka berat bubur ayam yang merasa semua obsesi dalam hidupnya selalu tercapai ini. "Termasuk obsesi saya untuk menjadi orang terkenal."